Jumat, 04 Mei 2012

Kubur Datu, Makam 132 Raja
 Makam Datu La Cincing di Kubur Datu di Parepare, Sulawesi Selatan.
PAREPARE - Kuburan raja-raja atau biasa disebut Kubur Datu di Jalan Sulolipu, depan Asrama POM, Pare-pare, Sulawesi Selatan merupakan salah satu tempat ziarah yang banyak dikunjungi warga.
"Banyak juga yang berkunjung ke makam ini, selain keluarga, juga warga dari luar kota, misalnya Jakarta, Bandung Surabaya, dan daereh-daerah lainnya," kata Jamal, penjaga makam kubur Datu, saat di temui di Kompleks Makam, Jumat (4/5/2012) pagi.
Ratusan makam di kompleks ini juga menjadi agenda kunjungan anak sekolah yang berada di Kota Parepare.
"Kami juga berharap kiranya Pemerintah Kota memperbanyak sosialisasi agar makam ini banyak dikunjungi anak sekolah untuk mengetahui sejarah Kubur Datu," kata pegawai BPSN (Badan Pelestarian sejarah Nasional) itu.
Jika dilihat dari bentuk bangunan makam, penampilan nisan, jirat dan cungkup seakan memiliki makna dan keunikan tersendiri. Besar makam di kompleks ini juga bervariasi.
Selain nisan, arsitektur atap bangunan cungkup makam terlihat menyerupai kubah juga memiliki makna sebagai kehidupan mikro. Konon, itu menggambarkan bahwa setelah hidup di dunia yang luas dan fana, manusia yang wafat akan kembali menjalani kehidupan di alam lebih sempit.
Termasuk adanya ornamen pada nisan yang bertuliskan ayat-ayat Alquran yang memiliki nilai sejarah yang patut dilindungi berdasarkan cagar budaya.
Datu La Cincing
Menurut cerita Jamal, raja pertama yang dimakamkan di sana adalah Datu La Cincing. Nisannya terbuat dari kayu yang disebut berasal dari Pulau Kalimantan.
Datu La Cincin saat itu menjabat sebagai Raja di Di Wajo. Saat berkunjung ke rumah keluarganya di Parepare, H Andi Suji Datu Kanjenne (Datu Suppa), dia wafat tepatnya tahun 1883.
Datu La Cincin tinggal di Kampung Cappa Galung dan wafat setelah 2 tahun menjabat menjadi arung Matowa, yaitu 1859-1883. Ia dimakamkan di kubur itu.
Makanya, makam ini diberi nama Kubur Datu (kuburan raja-raja). Awalnya, banyak raja-raja di kerajaan yang ada di Sulawesi ini yang ingin memakamkan Datu La Cincin di pekuburan masing-masing kerajaan.
Namun, sesuai dengan permintaan H Andi Suji Datu Kanjenne (Datu Suppa), maka Raja La Cincin dimakamkan di Kota Parepare. Setelah itu, sudah banyak raja-raja yang dimakamkan di kuburan datu ini.
"Banyak keluarga Puang Cincing yang dimakamkan di sini," kata Jamal.
Selain Datu La Cincin, di lokasi ini juga terdapat total 132 makam yang dipercaya makam para datu, raja dan abdi serta keluarga mereka. Keberadaan kompleks kuburan data di Parepare, akhirnya berkembang luas dan menjadi salah satu situs sejarah yang banyak dikunjungi warga.
Datu La Cincin dimakamkan dalam bangunan cungkup utama karena kapasitasnya sebagai Raja atau Arung Matoa Ri Wajo yang ke-43. Datu La Cincing memiliki nama lain yakni Akil Ali Karaeng Mangeppe Datu Pammana dan Tellu Lette'e ri Sidenreng.
Datu La Cincing adalah Putra dari Muhammad Tahir Petta Cambangge Arung Malolo ri Sidenreng La Pangurisireng, Datu La Cincing tidak tetap tinggal di Wajo, tapi kebanyakan berdomosili di Parepare.
Keberadaan makam Datu La Cincing di Parepare, bisa bermakna bahwa sejarah kebesaran Islam di Parepare pernah mengalami puncaknya. Itu terlihat dari monumen makam yang menjadi unsur bagian penting di kompleks ini.